Kenapa Patah Hati Itu Sakitnya di Dada ?

Aduuuuh jatuuuhhh ! Eits ! Tapi tunggu dulu, jatuh yang ini sangatlah berbeda. Bukan jatuh dari pohon, jatuh dari Kasur atau jatuh di jalan. Ya ! jatuh yang ini adalah jatuh cinta ! cieee…

Jatuh cinta, mungkin satu-satunya jatuh yang ada di Bumi ini yang sama sekali tidak melibatkan gravitasi. Jika sudah terkena panah asmara, rasanya dunia ini jadi milik berdua, penuh dengan pelangi, harum wangi bunga dan kicauan burung-burung di mana-mana…wheew !

Akan tetapi ketika kenyataan tidak seindah harapan, ada rasa sesak yang perlahan muncul di dada. Nah, ngomong-ngomong soal sakit, banyak orang yang mempertanyakan soal : kenapa kalau kita sedang patah hati itu kok rasa sakitnya di dada ? kenapa nggak di kaki atau di kepala ? Sebenarnya apa sih yang terjadi jika kita patah hati ? bagaimana sih tubuh kita merespon kondisi atau perasaan patah hati itu ?

Sebelum sampai ke bagian itu, kita harus paham dulu bahwa cinta itu bisa ada karena adanya ledakan dari sejumlah zat kimia yang ada di otak yakni Dopamin, Oksitosin, Serotonin dan Vasopresin yang membuat kita bisa merasakan jatuh cinta.

Ini adalah wujud cinta yang sesungguhnya

Nah, kemudian, jatuh cinta itu bikin kita kecanduan, dan yang Namanya candu itu jika diputus maka rasanya akan sangat sangat sangaaaat sakit. Pada situasi seperti itu, ada sebuah area di otak kita yang bernama Anterior Cingulate Cortex yang jadi aktif dan membuat kita menjadi tidak tenang atau gelisah.

Bagian yang berwarna kuning adalah Anterior Cingulate Cortex

Hal ini disebabkan juga karena area ini adalah area yang juga aktif setiap kali kita merasakan sakit yang berasal dari luka dan cedera fisik. Lantas kenapa kita sering menyebutnya “Sakit Hati” ? apakah benar sakitnya itu di sini ? (sambil nunjuk ke dada) hehehe.

Singkatnya, ada penelitian yang menunjukkan bahwa hal itu terjadi karena ada konflik di dalam tubuh kita, sistem syaraf yang membuat jantung kita berdetak cepat dan lambat ini aktif pada saat yang bersamaan.

Bayangkan ini seperti kita menginjak pedal gas dan rem mobil pada saat yang bersamaan.Hal ini menimbulkan rasa sakit di dada kita dan inilah yang biasa kita sebut sebagai PATAH HATI, SAKIT HATI atau BROKEN HEART.

Jika patah hatinya sudah mencapai stadium tinggi, tingkat stresnya bisa membuat kita seakan seperti sakit jantung beneran. Ini disebabkan ketika mengalami stres, tubuh kita menghasilkan sejumlah hormon Katekolamin seperti : Dopamine, Epinephrine dan Norepinephrine yang jika jumlahnya sudah terlalu banyak, maka jantung kita juga yang akan terkena dampaknya.

Hormon-hormon Katekolamin

Dan uniknya, hal itu juga bisa terjadi pada orang yang bahkan tidak punya Riwayat penyakit jantung, tapi dari depresi akibat terpisah dari orang yang disayang. Namun hati yang terluka dan menderita itu adalah naluri alami manusia dan tidak perlu malu untuk mengakui bahwa kita tidak baik-baik saja.

Nyatanya, perasaan patah hati itu timbul dari evolusi manusia jutaan tahun lamanya. Bayangkan seperti ini, pada zaman dahulu…dahulu dahuluuuuu banget… waktu manusia masih hidup di alam terbuka dengan banyak ancaman hewan buas mengintai.

Bagi nenek moyang dan leluhur kita, hidup bersama itu sangat membantu dan memudahkan untuk bertahan hidup, karena pada waktu itu manusia akan menjadi kuat dan tangguh jika bersama atau bersatu, dan menjadi lemah jika terpisah, baik itu dalam hal mencari makanan atau waktu merawat dan membesarkan anak-anaknya.

Kesendirian atau dikucilkan dari kelompok berarti membuat peluang bertahan hidup menjadi semakin kecil. Itulah kenapa sakit hati yang kita rasakan setelah ditinggal sendiri itu sebenarnya juga menjadi pengingat agar kita bertahan sama orang-orang terdekat kita.

Pada akhirnya, mungkin patah hati karena cinta membuat kita jadi pesimis terhadap segalanya, itu normal saja. Tapi perlu kita ingat agar kita selalu menyimpan secuil cinta di hati kita, ia memang masih menjadi misteri yang kita tidak akan pernah tahu pasti apa jawabannya.

Tapi banyak kisah dimana cinta menyelamatkan kita dari kejahatan, membuat kita jadi jujur sama diri sendiri. Membuat kita rela mengorbankan apa yang kita suka demi orang lain atau membuat kita berani bekerja keras membanting tulang untuk melakukan hal-hal sulit dan berbahaya demi apa atau siapa yang kita cinta.

Dan seperti biasa,

Terima kasih sudah membaca.

Leave a comment